Sabtu, 30 Januari 2010

Ponsel Nokia 'Minum' Coca Cola



VIVAnews - Setiap pemilik ponsel yang sedang berada di luar ruangan pasti akan kelimpungan bila ponselnya mati karena kehabisan baterai. Namun, itu tidak berlaku bagi Daizi Zheng, seorang desainer produk asal China.

Zheng tak perlu repot mencari cafe yang menyediakan colokan listrik. Ia hanya perlu mencari warung di pinggir jalan, membeli sebotol Coca Cola atau minuman soda manis lainnya, lalu 'meminumkannya' ke ponsel miliknya.

Sebab, ketika kehabisan tenaga, ponsel Zheng tak membutuhkan asupan listrik, melainkan soda manis.

"Sepanjang riset yang saya lakukan, baterai ponsel yang ada selama ini terlalu mahal, memboroskan sumber daya alam dalam proses manufakturnya, serta potensial bermasalah dan membahayakan lingkungan," kata Zheng seperti dikutip dari situs Mashable

Dengan menggunakan baterai bio itu pengguna menggantikan baterai tradisional yang selama ini mencemari lingkungan.

Baterai bio itu sangat ramah lingkungan karena membangkitkan listrik dari karbohidrat (terutama gula) dan menggunakan karbohidrat itu sebagai katalis. Selama menyuplai energi kepada ponsel, ia akan terurai menjadi osigen dan air.

Ponsel konsep bertenaga minuman soda

Hasilnya tak mengecewakan, ponsel Zheng bisa beroperasi tiga hingga empat kali lebih lama ketimbang baterai ponsel Lithium-Ion biasa. Tapi, ponsel ini masih belum dijual secara luas, karena masih merupakan ponsel konseptual yang ia rancang untuk Nokia.

Bila nantinya ponsel ini bakal benar-benar terwujud, ponsel ini tak hanya sekadar ramah lingkungan, namun sangat tepat digunakan di ruangan terbuka. Bila sang pemilik ponsel sedang kepanasan dan kehausan, teguk saja sedikit Coca Cola yang masih tersisa di ponsel ini.

Akibat Facebook, Mahasiswi Dipanggil Polisi

VIVAnews - Sri Wahyu Ningsih, mahasiswi Universitas Negeri Gorontalo, dipanggil polisi setelah menulis status di jaringan pertemanan Facebook. Polisi menuduh Sri Wahyu Ningsih telah mencemarkan nama baik polisi.

Seperti diberitakan tvOne, Minggu 31 Januari 2010, Sri Wahyu Ningsih dipanggil polisi akibat sebuah "status" yang ditulis pada 12 Januari 2010. Polisi menuduh, kata-kata yang ditulis mahasiswa itu menghina polisi.

Namun Sri Wahyu Ningsih menyanggah tulisan bernada makian itu adalah tulisannya. "Aidin Lahabu yang menulis," katanya. Lahabu adalah mantan pacarnya.

"Dia pakai alamatku," kata Sri Wahyu Ningsih saat menjalani pemeriksaan polisi. Aidin disebut Sri Wahyu Ningsih mengetahui kata sandi akun Facebooknya. "Cuma dia yang tahu," katanya.

Polisi kemudian berencana memanggil mantan pacar Sri Wahyu Ningsih itu.

VIVAnews sendiri berusaha mencari akun Sri Wahyu Ningsih di Facebook. Terdapat 122 akun atas nama "Sri Wahyu Ningsih" namun VIVAnews gagal menemukan satu yang berkuliah di Universitas Negeri Gorontalo.

Rabu, 06 Januari 2010

http://tianhikaru.blogspot.com

Para astronom baru saja mendapat sebuah hadiah lain dari alam semesta. Kilasan galaksi yang pernah ada tak kurang dari 500-600 juta tahun setelah Dentuman Besar, 13 milyar tahun lalu.

Kilasan galaksi-galaksi itu berhasil dilihat dan dipotret Teleskop Hubble pada panjang gelombang dekat infra merah dengan matanya yang baru yakni Wide Field Camera 3 (WFC3) atau kamera medan luas 3 yang baru saja dipasang pada bulan Mei.

Pada panjang gelombang dekat infra merah, dapat dilakukan pendeteksian galaksi jauh. Galaksi jauh tersebut cahayanya terulur lebih panjang atau lebih merah dibanding cahaya tampak. Semakin jauh sebuah obyek, cahayanya akan semakin bergeser ke arah merah dan semakin tinggi pergeseran merahnya. Galaksi tersebut merupakan obyek paling lemah dan merah yang berhasil diamati. Tak pernah ada galaksi lain yang berhasil diketahui keberadaannya pada masa awal alam semesta.

Citra awal galaksi-galaksi tersebut pertama kali dipotret pada tahun 2004 di area yang sama menggunakan Hubble Ultra Deep Field (HUDF). Citra berikut yang diambil dan menghasilkan penemuan galaksi tua ini dilakukan Hubble pada bulan Agustus 2009 selama 4 hari dengan waktu eksposur 173000 detik.

Setelah citra diambil oleh Hubble, para astronom melakukan analisa data potongan area langit yang ukuranya 1/12 diameter bulan purnama. Para astronom ini mencoba mencari galaksi kuno yang diharapkan dapat membuka wawasan manusia akan evolusi alam semesta. Sampai saat ini, ledakan sinar gamma dengan pergeseran merah 8,2 yang memegang rekor terjauh.

Dari penelitian data yang diambil Hubble, Garth Illingworth dari University of California, Santa Cruz berhasil menemukan bukti lain dari keberadaan 3 galaksi yang pergeseran merahnya 10. Galaksi-galaksi tersebut diperkirakan keberadaannya pada saat alam semesta masih sangat muda, pada kisaran 3-4 % dari usia alam semesta saat ini. Dengan demikian bisa dikatakan galaksi-galaksi ini merupakan obyek tertua yang pernah diamati.

Penemuan Galaksi Tua dan Perdebatannya
Tapi, ternyata ketiga galaksi dengan pergeseran merah 10 bukanlah yang pertama. Rogier Windhorst dari Arizona State University di Tempe juga melaporkan keberadaan 20 galaksi dengan pergeseran merah mendekati 10. Hasil tersebut juga didapat setelah melakukan analisa dari data set yang sama. Tapi ke-20 galaksi tersebut tidak memperhitungkan keberadaan 3 galaksi yang ditemukan Illingworth.

Ke-20 galaksi dengan pergeseran merah mendekati 10 yang ditemukan pada area pengamatan yang cukup sempit justru menandakan laju pembentukan bintang yang tinggi seperti yang memang sudah diprediksikan terjadi demikian pada masa awal alam semesta.

Kedua tim ini kemudian saling berdebat mengenai standar yang digunakan dalam penentuan galaksi jauh. Bagi Illingworth standar yang digunakan Windhorst tidak terlalu ketat, sementara bagi Windhorst standar yang digunakan Illingworth terlalu konservatif.

Standar yang digunakan Illingworth jika dipadankan dengan standar Windhorst, maka 2 dari 3 galaksi yang ditemukan Illingworth tidak masuk dalam kriteria pergeseran merah tinggi milik Windhorst. Sementara menurut Illingworth standar Windhorst justru menyebabkan galaksi yang ditemukan Windhorst jadi agak besar dan tampaknya hasil penelitian mereka jadi terkontaminasi oleh galaksi terang lainnya. Akibatnya ada kemungkinan standar tersebut menyebabkan piranti lunak yang digunakan menganggap galaksi-galaksi tersebut memiliki pergeseran merah yang besar dan mendeteksi sekian banyak galaksi.

Perdebatan kedua tim memang menarik, namun seorang astronom dari California Institute of Technology di Pasadena, Richard Ellis justru menyatakan kalau tim Illingworth tampaknya telah melakukan analisa yang lebih berhati-hati dibanding Windhorst. Pada tahun 2007, Richard Ellis juga melaporkan keberadaan kandidat galaksi dengan pergeseran merah 8 dan 10 yang ia amati dengan teleskop Keck di Hawaii.

Secercah Cahaya
Kurangnya galaksi cerlang pada pergeseran merah 10 justru memberi petunjuk akan adanya epoch reionisasi di alam semesta. Periode reionisasi di alam semesta terjadi pada masa 500 juta dan 1 milyar tahun setelah terjadinya dentuman besar. Pada masa ini obyek yang sangat cerlang seperti halnya galaksi dan quasar mengionisasi medium antar galaksi. Kurangnya galaksi cerlang pada awal waktu periode reionisasi menunjukkan kalau obyek-obyek tersebut tidak memulai proses reionisasi.

Semua hal tersebut memang belum tersingkap. Masih banyak misteri yang tersimpan dan masih banyak pertanyaan yang masih belum terjawab. Dan manusia masih perlu perjalanan panjang untuk bisa memahami kondisi dan parameter yang ada di alam semesta, serta memahami galaksi-galaksi yang ada di dalamnya. Dalam pemahaman itulah sains akan dapat mengungkap satu persatu pertanyaan yang masih belum terjawab itu.?

Pengamatan lanjutan akan dilakukan oleh pengganti Hubble, James Webb Space Telescope (JWST) yang akan diluncurkan tahun 2014.

Sumber : Hubblesite, Nature

Merajut Cahaya Dalam Kerangka Kosmik

Astronom berhasil melacak kumpulan galaksi raksasa yang sebelumnya tidak dikenal dan berada 7 milyar tahun cahaya dari kita. Objek tersebut ditemukan oleh kombinasi dua teleskop landas Bumi yang memiliki kemampuan mutakhir dan sekaligus menjadikan penemuan ini sebagai pengamatan yang pertama dalam hal struktur galaksi pada alam semesta yang jauh. Dengan demikian penemuan ini memberikan kepada kita sebuah cerita baru dari jaringan kosmik dan bagaimana ia terbentuk.
Citra yang didapat oleh Teleskop Subaru. Kredit : ESO/Subaru/National Astronomical Observatory of Japan/M. Tanaka

Citra yang didapat oleh Teleskop Subaru. Kredit : ESO/Subaru/National Astronomical Observatory of Japan/M. Tanaka

Menurut Masayuki Tanaka dari ESO, “materi tidak terdistribusi seragam di alam semesta. Di daerah kosmik, bintang terbentuk dalam galaksi dan galaksi-galaksi biasanya membentuk kelompok dan gugus. Teori kosmologi yang paling diterima memperediksikan materi juga berada dalam rumpun dengan skala yang cukup besar yang biasanya dikenal sebagai jaringan kosmik, dimana galaksi tertanam dalam filamen dan terulur diantara kehampaan membentuk struktur gumpalan maha raksasa”.

Filamen-filamen tersebut panjangnya jutaan tahun cahaya dan merupakan kerangka alam semesta: galaksi berkumpul disekelilingnya, dan gugus galaksi yang sangat besar terbentuk di ruang perpotongannya, mengintip seperti laba-laba raksasa yang menanti materi lebih banyak lagi untuk dilahap. Nah, para peneliti justru berusaha mencari tahu bagaimana filamen-filamen tersebut bisa melakukan putaran dan ada seperti yang dilihat. Sebelumnya, struktur filamen yang masif sudah pernah diamati pada jarak yang lebih dekat, namun bukti keberadaan mereka pada alam semesta jauh sebenarnya bisa dikatakan masih sangat kurang sampai dengan saat ini.

Tim yang dipimpin Tanaka berhasil menemukan struktur raksasa disekeliling gugus galaksi dalam citra yang mereka dapatkan sebelumnya. Mereka kemudian menggunakan dua teleskop landas Bumi untuk dapat mempelajari struktur tersebut dalam detil yang lebih baik lagi. Pengamatan spektroskopik kemudian dilakukan dengan menggunakan instrumen VIMOS pada Very Large Telescope milik ESO dan FOCAS pada Teleksop Subaru yang dioperasikan oleh National Astronomical Observatory of Japan.

Hasilnya, para astronom bisa membuat studi demografi dari struktur yang ditemukan tersebut dan melakukan identifikasi terhadap beberapa kelompok galaksi yang mengelilingi rumpun galaksi utama. Tak hanya itu, mereka juga berhasil melihat dengan jelas dan membedakan puluhan rumpun, dan secara tipikal 10 kali lebih masif dari galaksi Bima Sakti. Sebagian lainnya bahkan diperkirakan ribuan kali lebih masif, sementara hasil perhitungan menunjukkan massa di cluster galaksi setidaknya 10 ribu kali massa Bima Sakti. Bahkan sebagian rumpun mengalami gaya tarik yang fatal dari si cluster dan akibatnya mereka jatuh ke dalam rumpunan tersebut.
Ilustrasi yang menunjukkan posisi galaksi. Kredit: ESO

Ilustrasi yang menunjukkan posisi galaksi. Kredit: ESO

Menurut Tanaka, “Ini pertama kalinya mereka mengamati struktur yang kaya di galaksi jauh. Kami sekarang bisa berpindah dari demografi ke sosiologi dan kemudian mempelajari perangkat di dalam galaksi yang bergantung pada lingkungan, saat alam semesta berusia 2/3 dari usia saat ini. Filamen tersebut berlokasi 6,7 milyar tahun cahaya dan membentang sampai dengan 60 juta tahun cahaya.

Sumber : ESO

Super Planetari Nebula di Awan Magellan

Planetari nebula adalah kerangka debu dan gas yang dilepaskan bintang di saat ia akan mengakhiri hidupnya dan akan tampak di sekitar bintang yang ukurannya sebanding atau lebih kecil dari Matahari.
Citra Super Planetari Nebula. Kredit :Magellanic Cloud Emission Line Survey

Citra Super Planetari Nebula. Kredit :Magellanic Cloud Emission Line Survey

Dalam pencarian planetari nebula, para astronm melakukan survei langit, salah satunya dilakukan di awan Magellan yang merupakan galaksi lain di dekat Bima Sakti. Survei awan Magelan dilakukan dengan teleskop radio dari Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) Australia Telescope National Facility, dipimpin oleh Professor Miroslav Filipovic dari University of Western Sydney.

Dari obyek radio yang dideteksi di awan Magellan, 15 obyek yang mereka dapatkan merupakan planetari nebula yang juga telah dikenal sebelumnya melalui pengamatan optik. Tapi ada sesuatu yang lain. Tim astronom Australia dan Amerika ini juga mendapatkan sumber radio yang sangat tidak biasa. Tidak dikenal dan bisa dikatakan sebuah kelas baru dalam klasifikasi obyek yang ada. Jika populasi planetari nebula yang sudah ditemukan sampai saat ini berada pada bintang yag kecil atau yang seukuran Matahari, si sumber radio kuat ini mengindikasikan kemiripan dengan planetari nebula namun kali ini ia ada d bintang yang lebih berat.

Menurut Filipovic dan timnya, obyek baru ini akan membantu para astronom dalam memecahkan persolan kehilangan massa, yakni ketiadaan planetari nebula yang mengelilingi bintang bermassa 1 – 8 massa Matahari. Sampai sekarang, planetari nebula yang dikenal berada pada bintang yang massanya 0.6 dan 0.3 massa Matahari. Tidak ada nplanetari nebula yang berada di sekeliling bintang masif.

Si obyek dengan sumber radio kuat ini kemudian diklasifikasikan sebagai Super Planetari Nebula dan diasosiasikan dengan bintang yang massanya sampai 8 massa Matahari. Materi nebula yang mengelilingi bintang masif ini sekitar 2,6 massa Matahari.

Memang menyenangkan jika bisa menemukan sesuatu yang baru. Namun bagi Filipovic, penemuan ini sangat mengejutkannya karena tak seorangpun mengharapkan akan mendeteksi obyek tersebut pada panjang gelombang radio. Bahkan ia dan timnya sempat menahan penemuan ini selama 3 tahun sebelum mereka 100% meyakini kalau obyek yang mereka deteksi itu adalah Planetari Nebula.

Sebagian dari 15 planetari nebula baru di Awan Magellan 3 kali lebih cerlang dari sepupu mereka yang ada di Bima Sakti. Namun untuk bisa mendapatkan detil yang lebih jelas, dibutuhkan teleskop radio yang lebih baik lagi, yakni Square Kilometre Array yang direncanakan akan dibangun di padang gurun di Australia Barat.

Sumber : Monthly Notices of the Royal Astronomical Society

Selasa, 05 Januari 2010

Bintang Kembar Identik Yang Tidak Identik

Sepasang bintang kembar identik berhasil ditemukan beberapa waktu lalu. Yang mengejutkan, kedua bintang yang kembar identik ini memiliki perbedaan dalam hal kecerlangan, temperatur permukaan dan juga ukuran keduanya. Wah, kok bisa?

Oleh para astronom, salah satu dari si kembar ini diperkirakan lahir lebih dahulu daripada yang lain. Masalahnya, sejak dahulu para ahli astrofisika telah mengasumsikan jika pembentukan bintang ganda terjadi secara simultan. Dengan demikian, penemuan ini jadi uji coba baru atas teori model pembentukan bintang, sehingga bisa diuji lagi, apakah dengan model yang sudah ada bisa terbentuk sistem bintang ganda dari dua buah bintang yang lahir di saat yang berbeda.

Panah menunjukan lokasi kedua bintang kembar yang ditemukan di nebula Orion. Kredit Gambar : NASA JPL/ HST, inset : David James
Panah menunjukan lokasi kedua bintang kembar yang ditemukan di nebula Orion. Kredit Gambar : NASA JPL/ HST, inset : David James

Kedua bintang kembar ini ditemukan pada Nebula Orion, yang berjarak 1500 tahun cahaya dari Bumi. Bintang yang baru berumur 1 juta tahun itu masih merupakan bayi bintang, mengingat masa hidupnya akan mencapai usia 50 milyar tahun. Jika dibandingkan dengan umur manusia, bintang ini baru merupakan bayi berusia satu hari.

Menurut Keivan Stassun, dari Vanderbilt University, “Bintang kembar identik ini merupakan bintang ganda gerhana yang masih sangat muda. Bintang ganda gerhana lainnya yang masih sangat muda adalah batuan Rosetta yang menceritakan sejarah hidup bintang yang baru terbentuk.” Keivan dan Robert D. Mathieu dari University of Wisconsin-Madison yang mengepalai proyek tersebut.

Bintang ganda gerhana merupakan pasangan bintang yang berevolusi mengelilingi sumbunya pada sudut kanan ke arah Bumi. Orientasi ini membuat para astronom dapat menentukan laju orbit kedua bintang saat mengelilingi satu sama lain, bahkan saat keduanya tak dapat dipisahkan sebagai bintang tunggal. Laju orbit tersebut ditentukan dengan mengukur perubahan periodisitas kecerlangan yang dihasilkan saat bintang yang satu lewat di depan bintang lainnya. Ini dikenal dengan istilah menggerhanai bintang lainnya. Dengan informasi tersebut, para astronom dapat menentukan massa kedua bintang menggunakan hukum gerak Newton.

Dalam penemuan bintang kembar identik ini, perhitungan menunjukan massa keduanya hampir identik, yakni 41% dari massa Matahari. Nah, menurut teori yang ada saat ini, massa dan komposisi adalah dua faktor utama yang menentukan karakteristik fisik sebuah bintang dan juga yang mendikte seluruh siklus hidup si bintang. Kedua bintang yang ditemukan ini terbentuk dari kondensasi awan gas dan debu yang sama, sehingga tentunya mereka juga memiliki komposisi yang sama. Dan dengan massa dan komposisi yang sama, tentunya keduanya akan memiliki persamaan dalam segala hal. Ternyata, kenyataan berkata lain. Para astronom terkejut saat mengetahui bintang kembar yang mereka temukan memiliki perbedaan signifikan dalam kecerlangan, temperatur permukaan dan juga ukuran.

Pengukuran awal pada gerhana kedua bintang ini dilakukan dengan menyaring hasil pengamatan beberapa ribu bintang selama 15 tahun yang dilakukan dengan teleskop di Kitt Peak National Observatory , Arizona dan teleskop SMARTS di Cerro Tololo Inter-American Observatory, Chile. Untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak lagi, dilakukan pengukuran tambahan menggunakan Hobby Eberly Telescope di Texas.

Dari hasil pengukuran selisih banyaknya cahaya yang meredup saat terjadi gerhana, diperkirakan salah satu bintang memiliki kecerlangan dua kali lebih terang dari yang lainnya. Hasil kalkulasi yang dilakukan juga menunjukan jika bintang yang lebih terang memiliki temperatur permukaan sekitar 300 derajat lebih tinggi dari kembarannya. Analisis tambahan yang dilakukan pada spektrum cahaya menunjukkan, salah satu bintang memiliki ukuran 10% lebih besar dari bintang pasangannya. Namun untuk memastikannya, dibutuhkan pengamatan tambahan.

Lantas, bagaimana menjelaskan adanya bintang kembar identik yang memiliki perbedaan seperti itu? Kembar memang tak selamanya sama semuanya. Untuk kasus bintang kembar ini, diperkirakan perbedaan yang terlihat di antara keduanya timbul karena perbedaan waktu kelahiran di antara keduanya. Menurut Stassun, “Diperkirakan, salah satu bintangnya terbentuk 500.000 tahun lebih awal dari kembarannya.” Atau bisa dikatakan ekivalen dengan selang kelahiran bayi kembar selama setengah hari.

Penemuan ini tentunya akan membawa para astronom untuk menguji kembali model pembentukan bintang yang sudah ada. Salah satunya adalah dalam masalah penentuan massa dan umur ribuan bintang muda yang usianya kurang dari bberapa juta tahun. Semua perhitungan yang ada saat ini dilandasi teori jika bintang ganda muda terbentuk secara simultan.

Sumber : Vanderbilt University

Fungsi Manajemen Strategis

Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya. Strategis adalah rencana komprehensif yang digunakan untuk mempertahankan keberlangsungan organisasi di lingkungan di mana organisasi tersebut menjalankan aktivitasnya sehingga dapat mencapai tujuan organisasi.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Manajemen Strategis adalah sebuah proses yang dilakukan suatu organisasi untuk mempertahankan keberlangsungan kehidupan organisasi tersebut dan untuk memeroleh pencapaian tujuan organisasi dengan melakukan berbagai tahapan-tahapan berupa perencanaan strategi serta pengimplementasian strategi.

Secara garis besar, proses manajemen strategis dapat dibagi dua, yaitu perencanaan strategis (strategic planning) dan implementasi strategis (strategic implementation).
1.Perencanaan Strategis (strategic planning).Proses ini mencakup dari mulai penentuan tujuan hingga penyusunan strategi.
Penentuan tujuan bisa berupa multiple goals & single goals, bisa pula ditentukan menurut segi keluasan dan jangka waktu, segi kejelasan, serta drekuensi penggunaan.
Penyusunan strategi terdiri atas 3 fase, yaitu penilaian keperluan penyusunan strategi, analisis situasi internal & eksternal, serta pemilihan strategi.
2.Implementasi Strategis (strategic implementation).Proses ini mencakup implementasi yang dijalankan berdasar strategi yang dipilih dan juga pengendalian atas implementasi yang dilakukan.

Manajemen strategis juga merupakan proses untuk membantu organisasi dalam mengidentifikasi apa yang ingin mereka capai, dan bagaimana seharusnya mereka mencapai hasil yang bernilai. Besarnya peranan manajemen strategis semakin banyak diakui pada masa-masa ini dibanding masa-masa sebelumnya. Dalam perekonomian global yang memungkinkan pergerakan barang dan jasa secara bebas diantara berbagai negara, perusahaan-perusahaan terus ditantang untuk semakin kompetitif. Dalam manajemen strategi ini juga harus ada komponen dalam strategi, komponen strategi ini yaitu :

1.Kompetensi yang berbeda adalah sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan dimana perusahaan melakukannya dengan baik dibandingkan dengan perusahaan lainnya
2.Ruang lingkup adalah lingkungan dimana organisasi atau perusahaan tersebut beraktivitas.
3.Distribusi sumber daya adalah bagaimana sebuah perusahaan memanfaaatkan dan mendristribusikan sumber daya yang dimilikinya dalam menerapkan strategi perusahaan.